Jumat, 01 April 2011

kata dalam sudut malam

Maaf malam ini aku tidak bisa menemanimu

Walaupun malam menjemputku kelak biarlah daun berbicara sendiri
Malam ini hayalan tinggi menjatuhkanku dalam kebodohan
Bambu-bambu tertawa menatap kekosonganku
Menggali asmara yang hilang sesaat
Aku ingin mimpi indah tercipta rayuanmu
Hanya itu yang ku tunggu di ujung waktumu
Hampa menjadi raja
Pikiran retak tak berarah
Petir menggelegar singgasana mata
Mencakar-cakar dada

Biarkan malam ini aku peluk pundakku sendiri
Sebagai tanda tak ada senyummu
Sebarkan rasa pahit menginjak dendam
Menelan sengsara dalam pertemuan hujan
Senang menari di bawah naungan awan hitam
Sesat…
Serakah aku berharap akan rimba esok

Yah, malam ini aku kepakkan sayap patahku
Menjadi elang terbang mengisi langit teduhmu
Menjauhi larangan cita-citamu
Aku racun bukan madu dalam sangkarmu
Siap menerkam kapan saja
Bukan malam tapi juga bisa siang
Ntah kapan?
Esok lusa menjelang angin pembawa nyawa datang
Menggali habis tubuhku
Sisa rasa terbakar neraka akan siksa
Siap menelen segala rasa yang kau jatuhkan

Maaf malam ini aku tidak bisa menemanimu

Salatiga. 010411


Malam ini aku bukan milikmu

Menggeliat dalam takjub angkara
Setiap langkah berbunyi rasa
Menggoyangkan lidah untuk mencakar habis tubuhmu
Perlahan kau tinggalkan benang
Menyulam dengan tangan hampa
Terasa sekali dihinggapi meja
Membasahi mata dengan luka
Kau gores dengan tinja berwarna merah
Menebar karat seakan kau manusia baja
Manja dalam cengkeraman singa
Memakan habis perkara
Malam ini aku bukan milikmu
sampai mata tak lagi berkedip di matamu

Terakir aku tunjukkan akan keganasanku
Melumat habis setiap inci tubuhmu
Kucumbu dalam kalbu bersama madu dan racun yang membisu
Sisakan untukku bagian tubuhmu
Biar aku pajang dalam dinding penghangatan kalbu
Aku rindu belaian sari-sari tubuhmu.

Salatiga 020411

Pagi masih bocah

pagi yang masih bocah ini menjadi saksi akan kebisuanku
biarlah semua berjalan dengan waktu
bila itu maumu.....
akan ada waktu untuk mngerti akan aku
aku di sini mencakar habis isi dadaku
dengan pisaumu yang penuh dengan karatdan kaku
jemariku mulai malu merasakan angin dari bibirmu
aku seorang penipu dalam sanubarimu
menyulap lembut perasaanmu
membakar benalu hatiku
aku tidak mau merubah topengmu dengan topengku
bersikukuh untuk peduli akan jalanmu
siap menantang rasa dalam genggaman

senggama malam menabuh hujan lebat
menari di esok hari dengan nafas tersisa
aku hilang
aku pergi
aku akan terbang membabat awan pekat
meniduri matahari yang sepi
mencium bulan akan kerinduan
sialnya aku bukan pahlawan
aku hanya seonggok daging yang penuh belatung di hatimu
singkat cerita membasmi jiwa
merusak cita-cita
telanlah aku bersama tinjamu
menjadi sampah belakang rumahmu
aku patut kau sebut dungu
karena telingaku penuh dengan ambisiku
selalu ingin bersamamu meniti hujan di siang petang
mimpilah yang aku tangkap
perbedaan yang aku selaraskan menjadi noda
menjadi kelemahan tali rahmat
semua hilang
ketika aku memandang dengan kasih sayang
serabut kayu kau tukar dengan debu
salatiga, 020411

aku bukan penentu

ingin sekali menahan hujan
memberikan keselamatan kaum terpinggirkan
aku bagian dari mereka….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar